Senin, 19 Maret 2012

Gawai Rakyat Suku Dayak "Naik Dango"


Daftar SFI DISINI

Upacara "Naik Dango" yang merupakan kegiatan ritual seputar panen padi adalah ungkapan syukur masyarakat Dayak kepada Sang Pencipta akan hasil yang telah diperoleh. Upacara ini diadakan di setiap kabupaten yang ada di Kalimantan Barat.

Tempat penyelenggaraan dilaksanakan bergantian antar Kabupaten setiap tahun, ditetapkan oleh Dewan Adat. Disamping upcara adat, diadakan pula pesta wisata dan budaya "Naik Dango" yang diisi dengan pertunjukan kesenian, lomba permainan tradisonal, lomba kesenian daerah, pameran, seminar kebudayaan dan pasar rakyat. 

Salam yang kerap diucapkan dalam setiap upacara adat Naik Dango yaitu “Adil Ka’ Talino, Bacuramin Ka’ Saruga, Basengat Ka’ Jubata…!” Kalimat tersebut bermakna, “Adil dan toleran terhadap sesama, bercermin ke surga dan setiap tarikan napas harus patuh terhadap Tuhan. Setiap ada yang mengucapkan salam tersebut, orang harus menjawab, "arus, arus, arus" yang berarti mengiyakan dan mengharapkan salam itu akan terpenuhi dalam kehidupan semua orang. Salam ini merupakan sebuah upacara untuk menghaturkan rasa syukur terhadap "Nek Jubata" atau Sang Pencipta atas berkah yang diberikannya berupa hasil panen (padi) yang berlimpah. Tidak hanya itu, upacara yang biasa dilakukan oleh masyarakat adat Dayak Kanayatn yang mendiami Kabupaten "Landak", Kabupaten Pontianak, Kabupaten "Kubu Raya" hingga Kabupaten Sanggau Propinsi Kalimantan Barat tersebut diselengarakan secara rutin setiap tahun. Pada Tahun 2012 Kabupaten "Kubu Raya" ditetapkan sebagai tuan rumah penyelenggaraan "Naik Dangau" yaitu di Desa Lingga Kecamatan "Sungai Ambawang" pada Tanggal 3 - 5 Mei 2012.

Rabu, 14 Maret 2012

Imlek dan Cap Go Meh di Kubu Raya Kalimantan Barat


WARGA Tionghoa atau China Khususnya di "Kubu Raya" dan pada umumnya di Kalimantan  Barat memiliki ciri tersendiri dari merayakan pergantian tahun. Perayaan Cap Go Meh di "Kubu Raya" telah ditetapkan sebagai suatu Event tetap tiap tahun yang dilaksanakan oleh Bidang Kebudayaan Disbudparpora "Kab. Kubu Raya" dengan mengadakan pameran, pertunjukan Aksi Tatung, Barongsai dan Arak-arakan Naga (Liong).
Aksi Barongsai
Imlek dirayakan selama 15 hari berturut-turut dan hari puncaknya disebut dengan Cap Go Meh. Dalam tradisi Hokkian, malam ke-15 merupakan puncak perayaan Imlek, oleh karenanya Cap Go Meh dirayakan secara khusus. Dan hari ke 15 siang puncak dari penutupan Cap Go Meh dilakukan ritual pembakaran Naga dimana bertujuan untuk mengantarkan Arwah-arwah suci leluhur yang telah merasuki Naga kembali ke surga. Ritual pembakaran naga wajib dilakukan. Jika naga tidak dibakar, menurut kepercayaan mereka dikhawatirkan akan terjadi bencana dan musibah daerah dimana mereka tinggal. Karena arwah suci dari leluhur Tionghoa yang telah meraga dalam naga-naga untuk perayaan Cap Go Meh akan murka dan menjadi penasaran. Mengakibatkan aura negatif bagi seluruh warga Tionghoa pada tempat tersebut.
 

Aksi Tatung Perayaan Cap Go Meh di "Sungai Raya"
Arak-arakan Naga
Puncak Penutupan Cap Go Meh Pembakaran Naga di "Sungai Raya"